Tuesday, 10 January 2017

Pacu Tobang Itiak

(Pacu Terbang Itik / Ducks Flying Race)




Pacu Itiak adalah suatu perlombaan itik terbang yang diadakan di atas jalan raya. Jarak terbang dari garis start ke garis finish bervariasi antara  800 meter, 1200 meter, 1600 meter dan 2000 meter tergantung setingan panitia perlombaan. Di titik ujung  akan diberi garis memotong jalan tempat itik-itik diharapkan paling jauh hinggapnya/mendaratnya. Garis ini disebut garis mati, dimana pemenang lomba akan ditentukan berdasarkan  itik yang hinggapnya (mendarat) paling mendekati atau di atas garis mati. Ada juga yang dibuat 2 garis yaitu garis finish dan garis mati. Dimana garis finish dibuat beberapa meter sebelum garis mati. Kemudian itik yang masuk nominasi untuk memenangkan lomba adalah itik yang hinggap (mendarat) diantara kedua garis tersebut namun tidak keluar dari jalur yang ditetapkan (jalan raya). Pemenang pertamanya adalah yang paling mendekati atau hingga tepat di atas garis mati. Jadi pemenangnya bukanlah yang paling cepat atau yang paling jauh terbangnya.

Pacu Itiak ini merupakan salah satu Alek Anak Nagari (Perhelatan Anak Negeri) Luak Limo Puluah (Luhak Lima Puluh Kota) yang menjadi keunikan dan kebanggaan tersendiri bagi daerah tersebut karena diklaim hanya ada satu-satunya di dunia, tepatnya berasal dari kenagarian Sicincin Air Tabit yang saat ini telah terpecah menjadi 2 wilayah administratif yaitu Kotamadya Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Beberapa daerah (Kelurahan/Desa) yang rutin memperlombakannya adalah: Sicincin, Aua Kuniang, Padang Panjang, Tunggua Kubang, Padang Alai, Bodi dan lain-lain.

Perlombaan Pacu Itiak ini sudah menjadi tradisi sejak ratusan tahun yang silam. Konon kisahnya, berawal saat para petani di daerah Tobiang Balai (Kelurahan Sicincin) menggembalakan itiknya ketika mau turun ke sawah. Ketika itik-itik itu dikeluarkan dari kandangnya, mereka berebutan berlari menuju areal persawahan yang posisinya lebih rendah dari pemukiman penduduk. Maka saat menuruni  jalan (perkampungan) memasuki persawahan, itik-itik tersebut akan berlomba saling mendahului hingga berterbangan untuk berebut sisa-sisa padi setelah panen. Hal inilah yang menarik dan menginspirasi para petani untuk memperlombakan itiknya, berpacu terbang dari pemukiman menuju areal persawahan. Kegiatan ini akhirnya menjadi rutinitas dan menjadi hiburan tersendiri bagi petani di saat-saat pasca panen.


Itik-itik yang dijadikan sebagai itik terbang adalah dari jenis petelur maupun pedaging. Itik tersebut dipilih sesuai kriteria tertentu. Diantaranya adalah itik yang memiliki sayap panjang mirip burung elang, berbadan ringan, leher pendek, kepala kecil, mata sipit, lubang hidung besar dan warna paruh mirip dengan warna kaki. Umur itik tersebut berkisar antara 4 sampai dengan 6 bulan. Kriteria ini dipercaya bisa menghasilkan itik “peterbang” yang tangguh.

Pertama-tama itik tersebut dilatih terbang dari atas bukit. Di wilayah Kenagarian Air Tabit dan Padang Panjang ada 2 bukit yang sering dijadikan tempat latihan itik yaitu Bukit Sitabua dan Bukit Konduang. Salah seorang membawa itiknya ke atas bukit untuk diterbangkan dan yang lain menunggu di bawah, di areal persawahan. Setelah beberapa hari/minggu itik tersebut terlatih untuk terbang jauh, kemudian barulah itik tersebut dilatih untuk berlomba terbang di jalan raya. Mendekati waktu perhelatan, itik-itik tersebut diatih beradaptasi dengan arena perlombaan. Untuk arena perlombaan sebaiknya dipilih yang tidak  berdekatan dengan kolam/sungai/empang agar pada saat lomba diadakan itik-itik tersebut  tidak berbelok masuk ke dalam kolam/sungai/empang.

Sejak tahun 1988 kegiatan ini telah diwadahi oleh sebuah organisasi Persatuan Olah Raga Terbang Itik (PORTI). Tradisi ini mulai rutin dilaksanakan dalam rentang waktu bulan Juli hingga Desember. Atau saat-saat memeriahkan hari-hari besar kenegaraan juga menyambut Hari Ulang Tahun Kotamadya Payakumbuh. Kegiatan ini telah menjadi ikon pariwisata dan keunikan Kotamadya Payakumbuh. Apalagi saat beberapa bulan yang lalu Sumatera Barat telah dinobatkan menjadi daerah destinasi wisata halal di dunia. Mungkin alangkah baiknya bila pemerintah daerah benar-benar mengemas dengan baik tradisi ini hingga menjadi unggulan daerah untuk mendatangkan turis-turis domestic maupun manca Negara.

Jadi bagi anda yang tertarik untuk menyaksikan sendiri tradisi ini silahkan Welcome in Payakumbuh. 



(Hendri, Januari 2017)

Penulis adalah putra Luhak Lima Puluh Kota

Kumpulan syair kalbu bagian-2

Tulisan ini hanyalah semacam syair-syair tanpa bentuk, tanpa judul, tanpa alur, tanpa konsep, tanpa metode dan tanpa perdebatan :-)

Dangkalnya penglihatan
Hingga ku tak pedulikan lagi
Antara keberuntungan atau kebuntungan
Ku tak akan memilih
Apakah kemudahan atau kesulitan
Karena ku tak tahu mana yang terbaik bagiku
Hanya jika Kau adalah Sinar
Ku kan luruh dalam terang
Dan jika Kau adalah Gelap
Ku kan hilang dalam kelam

(HS, facebook, 25 April 2016)


Selama ini mereka bermain api
Sekarang "nenteng-nenteng ember" kesana-kemari
Dengan dalih konsolidasi coba padamkan api
Seperti pahlawan katanya NKRI harga mati.
Ah.... tikus-tikus berdasi

(HS, facebook, 24 November 2016)


yaa Rabbi...
Demi masa yang telah 40 tahunan
Demi hujan yang membawa kehidupan
Dangkalnya pemahaman kupertanyakan
Tidakkah tujuan menyongsong perjalanan?
Tidakkah akhir menjemput permulaan?
Jikalah cipta dan rasa tak membutuhkan karsa
Jikalah karya tak mengeksekusi potensi
Lantas kenapa mimpi Kau hampirkan???

(HS, facebook, 5 Oktober 2016)


Kubiarkan aksara tercerai berai
Sebelum merangkai, membulat dan meruncing
Lepas dari busurnya yang antik
Hanya untuk terbiasa menjadi anak panah
Biarlah ia meluruh pada udara yang terhembus
Demi menjaga orisinal rasa
Agar tidak pernah mati
Dalam keterasingannya yang mudah-mudahan abadi
Pada af'almu ya Rabbi...

(HS, facebook, 28 September 2016)


Ya Rabb...
Dengan kalimah laahaula walaaquwwata illabillah kaki ini melangkah
Dengan kalimah yang sama kubebaskan hati dari warna merah, jingga, kuning, hijau, biru bahkan putihnya bianglala
Meski warna-warni itu senantiasa menggodaku
Karna kuyakin tak sedetikpun angin kan bergerak tanpa restuMu
Dan tak sejengkalpun ia kan berbelok lepas dari visiMu
Kuserahkan awal dan akhirnya hanya pada asmaMu

(HS, facebook, 26 Juni 2016)


Kembalikan kami
Kami yang bertuan pada hati
Janganlah coba kau alihkan
Tolonglah ikhlaskan kami
Kami yang sesungguhnya berkantor pada dimensi yang tak bersekat dan tak bernama
Meski kau tak melihatnya
Kami yang hadirnya sepanjang perjalanan terbit dan tenggelamnya matahari
Meski kau tak merasakannya
Cakrawala kami meliputi alam yang terkembang
Meski kau meragukannya
Singkirkan segala tetek bengek itu 
Jangan ajari kami manipulasi
Jangan takuti kami dengan semua itu
Kami tidak tertarik
Jika kau ingin kami sibuk
Cukuplah fasilitas saja yang kau berikan
Itupun jika kau memilikinya
Jika tak bisa kau berikan
Cukuplah semangat saja
Kembalikan kami pada khitah dan kodratnya
Sesungguhnya jika kami bahagia
Kami akan memancarkannya pada dunia

# haripendidikan

(HS, facebook, Mei 2016)





Inovasi Pembelajaran Teknik Otomasi Industri SMKN 1 Pariaman

  Inovasi Pembelajaran Production Based Education and Training (PBET) Pada Kompetensi Keahlian Teknik Otomasi Industri SMK Negeri 1 Pariam...