(Pacu Terbang Itik /
Ducks Flying Race)
Pacu Itiak adalah suatu perlombaan itik terbang yang diadakan di atas jalan raya. Jarak terbang dari garis start ke garis finish bervariasi antara 800 meter, 1200 meter, 1600 meter dan 2000 meter tergantung setingan panitia perlombaan. Di titik ujung akan diberi garis memotong jalan tempat itik-itik diharapkan paling jauh hinggapnya/mendaratnya. Garis ini disebut garis mati, dimana pemenang lomba
akan ditentukan berdasarkan itik yang
hinggapnya (mendarat) paling mendekati atau di atas garis mati. Ada juga yang dibuat 2
garis yaitu garis finish dan garis mati. Dimana garis finish dibuat beberapa
meter sebelum garis mati. Kemudian itik yang masuk nominasi untuk memenangkan lomba
adalah itik yang hinggap (mendarat) diantara kedua garis tersebut namun tidak
keluar dari jalur yang ditetapkan (jalan raya). Pemenang pertamanya adalah
yang paling mendekati atau hingga tepat di atas garis mati. Jadi pemenangnya bukanlah yang paling cepat atau yang paling jauh terbangnya.
Pacu Itiak ini merupakan salah satu Alek Anak Nagari (Perhelatan Anak Negeri) Luak Limo
Puluah (Luhak Lima Puluh Kota) yang menjadi keunikan dan kebanggaan tersendiri bagi daerah tersebut karena
diklaim hanya ada satu-satunya di dunia, tepatnya berasal dari kenagarian Sicincin
Air Tabit yang saat ini telah terpecah menjadi 2 wilayah administratif yaitu
Kotamadya Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Beberapa daerah
(Kelurahan/Desa) yang rutin memperlombakannya adalah: Sicincin, Aua Kuniang,
Padang Panjang, Tunggua Kubang, Padang Alai, Bodi dan lain-lain.
Perlombaan Pacu Itiak ini sudah menjadi tradisi sejak ratusan tahun yang silam. Konon kisahnya, berawal saat para petani di daerah Tobiang Balai (Kelurahan Sicincin)
menggembalakan itiknya ketika mau turun ke sawah. Ketika itik-itik itu dikeluarkan dari kandangnya, mereka berebutan berlari menuju areal persawahan
yang posisinya lebih rendah dari pemukiman penduduk. Maka saat menuruni jalan
(perkampungan) memasuki persawahan, itik-itik tersebut akan berlomba saling
mendahului hingga berterbangan untuk berebut sisa-sisa padi setelah panen. Hal inilah
yang menarik dan menginspirasi para petani untuk memperlombakan itiknya, berpacu terbang
dari pemukiman menuju areal persawahan. Kegiatan ini akhirnya menjadi rutinitas dan
menjadi hiburan tersendiri bagi petani di saat-saat pasca panen.
Itik-itik yang dijadikan sebagai itik terbang adalah dari jenis petelur maupun pedaging. Itik tersebut dipilih sesuai kriteria tertentu. Diantaranya adalah
itik yang memiliki sayap panjang mirip burung elang, berbadan ringan, leher
pendek, kepala kecil, mata sipit, lubang hidung besar dan warna paruh mirip dengan
warna kaki. Umur itik tersebut berkisar antara 4 sampai dengan 6 bulan. Kriteria
ini dipercaya bisa menghasilkan itik “peterbang” yang tangguh.
Pertama-tama
itik tersebut dilatih terbang dari atas bukit. Di wilayah Kenagarian Air Tabit
dan Padang Panjang ada 2 bukit yang sering dijadikan tempat latihan itik yaitu
Bukit Sitabua dan Bukit Konduang. Salah seorang membawa itiknya ke atas bukit
untuk diterbangkan dan yang lain menunggu di bawah, di areal persawahan. Setelah
beberapa hari/minggu itik tersebut terlatih untuk terbang jauh, kemudian barulah itik
tersebut dilatih untuk berlomba terbang di jalan raya. Mendekati waktu perhelatan, itik-itik tersebut diatih beradaptasi dengan
arena perlombaan. Untuk arena perlombaan sebaiknya dipilih yang tidak berdekatan dengan kolam/sungai/empang agar pada
saat lomba diadakan itik-itik tersebut tidak berbelok masuk ke dalam
kolam/sungai/empang.
Sejak tahun 1988
kegiatan ini telah diwadahi oleh sebuah organisasi Persatuan Olah Raga Terbang
Itik (PORTI). Tradisi ini mulai rutin dilaksanakan dalam rentang waktu bulan Juli
hingga Desember. Atau saat-saat memeriahkan hari-hari besar kenegaraan juga menyambut Hari Ulang Tahun Kotamadya Payakumbuh. Kegiatan ini telah menjadi ikon
pariwisata dan keunikan Kotamadya Payakumbuh. Apalagi saat beberapa bulan yang
lalu Sumatera Barat telah dinobatkan menjadi daerah destinasi wisata halal di
dunia. Mungkin alangkah baiknya bila pemerintah daerah benar-benar mengemas dengan
baik tradisi ini hingga menjadi unggulan daerah untuk mendatangkan turis-turis domestic
maupun manca Negara.
Jadi bagi anda
yang tertarik untuk menyaksikan sendiri tradisi ini silahkan Welcome in
Payakumbuh.
(Hendri, Januari 2017)
Penulis adalah putra Luhak Lima Puluh Kota




No comments:
Post a Comment